Selasa, 10 Desember 2013

PEMBANGUNAN KUALITAS MANUSIA MENURUT KONSEP AGAMA HINDU



PEMBANGUNAN KUALITAS MANUSIA MENURUT KONSEP AGAMA HINDU





OLEH
KADEK HANDARA
NIM 10.1.1.1.1 3830

FAKULTAS DHARMA ACARYA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2013
KATA PENGANTAR

Om Suastiastu
             Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta waranugraha Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembangunan Kualitas Manusia Dalam Konsep Agama Hindu” dapat selesai tepat pada waktunya.
            Makalah ini merupakan kumpulan pemikiran dari penulis dimana sumbernya penulis ambil dari berbagai pustaka, referensi serta sumber sumber lainnya yang berkaitan dengan ajaran Agama Hindu.
            Seluruh sumber yang penulis dapatkan telah disusun dan dikaji dengan baik agar pembaca sepenuhnya mengerti tentang apa yang penulis maksud dalam makalah ini.
            Penulis mengucapkan terimakasih kepada para pembaca, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Apabila ada tegur sapa yang konstruktif  atas kekurangan makalah ini penulis mohon permaklumannya. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih dan selamat membaca makalah ini.
Om Santih santih santih Om”

Singaraja, 17 Juni 2013
                                                                                               
                                                           
                                                                                                   Penulis,
 




Bab I
Pendahuluan

1.1            Latar  Belakang

Dalam kehidupan ini manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena dalam manusia memiliki suatu kelebihan dari ciptaan Tuhan yang lain sehingga manusia dapat lebih berkualitas dari yang lain disamping itu manusia juga mahluk yang hidup berkelompok dan tidak bisa hidup sendiri didunia ini haruslah manusia itu hidup memerlukan seseorang untuk mendampinginya dan juga untuk mebantu memecahkan suatu masalah dan memberikan suatu jalan keluar untuk masalah yang dihadapi.
Dikehidupan ini manusia hendaknya memiliki kualitas hidup dalam agama hindu terdapat dalam Upanisad dan Bhagawad Gita.kualitas hidup yang dimiliki manusia belum sepenuhnya memiliki nilai yang baik dimana dalam hal ini manusia diliputi sutu kesenangan sehingga dalam kualitas yang dimiliki oleh manusia sangatlah belum mencapai hasil yang diinginkan sehingga dalam hal ini agama sangat berperan penting dalam merubah suatu sikap dalam kehidupan manusia

1.2              Rumusan Masalah
Dalam makalah ini adapun masalah yang ada, yaitu
1.      Apakah Pengertian Agama hindu
2.      Bagamanakah Pembangunan Kualitas Manusia dalam Konsep Agama Hindu

1.3              Tujuan
Selain rumusan masalah terdapat juga tujuan yang hendak tercapai,tujuan tersebut ialah :
1.      Untuk menegetahui   Pengertian Agama hindu   
2.      Untuk mengetahui Pembangunan Kualitas Manusia dalam Konsep Agama Hindu














  
Bab II
Pembahasan

2.1              Pengertian Agama Hindu
Agama sebagai pengetahuan kerohanian yang menyangkut soal-soal rohani yang bersifat gaib dan methafisika secara etimologinya  berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari kata  “A” dan “Gam”,”A” berarti tidak sedangkan “Gam” berarti pergi atau bergerak. Jadi kata agama berarti sesuatu yang tidak pergi atau bergerak dan bersifat langgeng. Menurut Hindu yang dimaksudkan memiliki sifat langgeng hanyalah Hyang Widhi Wasa. Demikian pula ajaran-ajaran yang diwahyukan-Nya adalah kebenaaran yang berlaku selalu, dimana saja dan kapan saja.
Berangkat dari pengertian itulah, maka agama adalah merupakan kebenaran  abadi yang mencakup seluruh jalan kehidupan manusia yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi  dengan tujuan untuk menuntun manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup yang berupa kebahagiaan yang maha tinggi dan kesucian lahir batin.

2.2 Pembangunan Kualitas Manusia Dalam konsep Agama Hindu
Kata “ Manusia” berasal dari bahasa sansekerta dari kata “Manu” artinya “bijaksana dalam bentuk “genetif” menjadi “ manusia” artinya “memiliki kebijaksanaan. Kata “Manu” artinya sama dengan kata “mana” dalam bahasa sansekertanya yang juga berarti pikiran. Karena memiliki pikiran inilah manusia dikatakan lebih sempurna dari pada makhluk hidup lainnya. Karena pikiran inilah manusia dapat melakukan perbuatan baik dan buruk. Tidak seperti binatang hanya mampu berbuat berdasarkan insting belaka.
Didalam Manawa Dharmasastra II, 92 pikiran atau “ Manah” disebutkan sebagai indria yang ke sebelas atau ada juga yang menyebutkan ‘Rajendra atau rajanya indria atau Eka Dasendria. Jadinya karena pikiran inilah yang menyebabkan manusia mampu menunjukkan kelebihannya dengan makhluk hidup lainnya. Cirri utama dari manusia adalah memiliki  pikiran.kalau ada manusia tidak menggunakan pikiran dengan baik bererti ia melanggar kodratnya sebagai manusia. Lebih lanjut perlu diketengahkan suatu rumusan manusia idial atau manusia berkualitas menurut ajaran Hindu. Disamping itu apakah ada hubungan konsep Catur Warna dengan upaya pembangunan manusia yang berkualitas. Manusia sebagai mahluk hidup ciptaan Tuhan dapat dilihat dari dua sudut yaitu : Pertama : Manusia dapat dilihat sebagai manusia individu terlepas dari hubungannya dengan yang lain.
Kedua : Manusia dapat dilihat sebagai makhluk social yang tidak dapat dilepaskan dari hubungannya dengan lainnya

1.      .Manusia sebagai makhluk individu.
Sebagai makhluk individu manusia dapat dilihat memiliki banyak unsure ajaran Samkhya Darsana yang dibangun oleh Rsi Kapila mengajarkan manusia ini berasal dari dua unsur yaitu Purusa dan Prakerti yaitu unsure kejiwaan dan kebendaan. Dua unsure ini yang membentuk manusia. Sedangkan Rsi Patanjali menyebutkan dalam ajaran yoganya, Purusa dan Prakerti itu berasal dari Iswara. Iswara adalah Tuhan Yang Maha Esa. Pertemuan Purusa dan Prakerti itulah yang menghasilkan Citta yaitu alam pikiran yang terdiri dari Budhi, Manah dan Ahamkara. Budhi adalah intuisi, Manah adalah pikiran dan Ahamkara adalah ego. Citta inilah unsure non pisik dari manusia. Dalam Citta itu terdapat pula sepuluh  indria yaitu telinga, hidung, mata, kulit, lidah, kaki, tangan, perut, dubur, dan kelamin. Tubuh manusia yang berasal dari  Prakerti terdiri dari unsur – unsur Panca Maha Bhuta (tanah,air,api,udara dan angkasa). Dalam Wrhaspatitattwa, diri manusia dapat dibagi tiga  yang disebut Tri Sarira :
1.Stula Sarira adalah badan wadah yang terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta (tanah,air,api,udara dan angkasa)
2.Suksma Sarira benda halus yaitu Citta, Dasendria, Tri Guna dan Panca Tan Matra
3.Anta Karana Sarira adalah Atma atau Roh itu sendiri.
Dalam  pembahasaan tentang pembangunan kualitas manusia kami akan kemukakan konsep Upanisad dan Bhagawad Gita. Atman merupakan bagian terkecil dari Paratma. Atman yang ada pada diri manusia menurut Taittriya Upanisad 2 diselubungi oleh lima macam selubung yang disebut Panca Kosa Atma ( Annamaya,Pranamaya, Manomaya, Wijnyanamaya dan Anandanaya). Kelima selubung inilah yang wajib dilepaskan agar Atma dapat bersatu kembali pada Paratma. Panca Kosa Atma atau Panca Maya Kosa ini akan menjadi sumber kelepasan apabila strukturnya dapat diupayakan menjadi  struktur yang simultkan lapian menuju  kualitas yang sempurna. Struktur Panca Kosa Atma itu adalah sebagai berikut :
1.      Anna Maya : Lapisan tubuh yang berasal dari makanan, dari pembentukan lapisan tubuh yang paling nyata inilah pembangunan kualitas manusia harus dimulai. Dalam Bhagawad Gita XVII,8 menyebutkan adanya makanan yang satwika,makanan Satwika itu adalah
Ayuh  Sattwa : yang menyucikan hidup
Bola : yang mendatangkan daya tahan tubuh
Arogya : yang mendatangkan kesehatan
Sukha : yng mendatangkan kegembiraan
Priti : kepuasan atau cinta kasih
Vivardhanah : meningkatkan hidup
Rasyah : Penuh Sari
Snigdhah : yang halus dan lembut
Sthirah : bertahan lama
Hrdyah : menyenangkan
Priyah : yang enak
Istilah sebelas syarat Satwika ahara yaitu makan yang utama. Dalam sloka berikutnya Bhagawad Gita menyebutkan jenis adanya makanan yang kurang baik adalah makanan yang terlalu pasil, masam, asin, pedas, kering, keras, dan hangus.
Jenis makanan itu disebutkan Rajasika Ahara.sedangkan jenis makanan Tamasika Ahara adalah makanan yang basi, hambar, berbau jelek, dingin, sisa kemarin dan kotor. Dalam Kitab Svara Yoga menyebutkan  jenis-jenis makanan yang Satwika atau makanan yang mendatangkan kesucian adalah makanan yang tidak pedas , tidak asin, tidak kecut atau tajam rasanya. Hindarilah minum-minuman keras, rokok, daging dan jangan mengumbar birahi. Untuk mendapatkan suatu kehidupan yang baik adalah dimulai dengan memilih makanan yang Sat Wika Ahara. Makanan inilah yang akan membutuhkan tubuh dan tenaga atau Prena
Prana Maya : lapisan tubuh yang lebih halus dari pada tubuh yang berasal dari sari-sari makanan pula adalah tenaga berasal juga dari makanan. Tenaga yang baik berasal dari makanan yang baik. Prana artinya nafas. Nafas inilah yang mendatangkan tenaga. Orang yang nafasnya cepat tenaganya akan lemah. Orang yang kuat  adalah orang nafasnya panjang-panjang. Dalam ajaran Yoga dari Rsi Patanjali ada yang disebut Pranayama artinya mengatur pernafasan. Prana adalah suatu bentuk tenaga yang dipakai oleh sang jiwa dalam hubungannya dengan sang badan wadag dan Astral.
Mano Maya : Mano maya berasal dari kata mano dan maya. Katamano berasal dari mata “ man” artinyua berpikir atau percaya. Gerak pikiran atau “manaa’ ini digunakan oleh prana. Prana dihasilkan oleh makanan. Kalau makanan Satwika maka sifat pranapun Satwika. Pikikranpun akan digerakan kearah satwika atau baik dan benar.
Wijnana maya : dalam bahasa sansekerta Wijnana artinya : cakap atau ilmu pengetahuan. Kata Wijnana berasal dari kata  Wijna artinya terpelajar. Gerak dari pikiran  yang dilekati oleh guna sattwa puncaknya menjadikan wijnana, terpelajar,bijaksana. Wijnana sering pula diartikan wicaksana.
2.Manusia sebagai Makhluk social
            Kata social artinya berteman atau berhubungan. Manusia baru dikatakan manusia setelah ia berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan itulah yang akan menumbuhkan ciri-cirinya sebagai manusia. Kehidupan bersama inilah yang menyebabkan mereka saling membutuhkan, perbedaan itu adalah perbedaan yang saling melengkapi . menurut pandanagan Hindu timbulnya hasrat untuk saling berhubungan satu sama lainnya karena “yadnya” Tuhan. Sebagai disebutkan dalam Bhagavad Gita III,10. Bahwa manusia dan ala mini tercipta karena yadnya . yadnya adalah kerja untuk kerja. Dalam Bhagavad Gita III,16 disebutkan yadnyalah yang memutar hidup ini sebagai cakra. Siapa yang tidak ikut memutar yadnya / cakra pada hakekatnya  ia adalah penjahat. Karena manusia harus berbuat yadnya, makanya kalau tidak mengikuti hukumannya yadnya maka ia disebutt penjahat
Catur Varna Landasan Profesionalisme
            Yang perlu mendapatkan perhatian kita adalah mengapa dalam Bhagavad Gita dan kitab-kitab Hindu lainnya disebutkan Tuhan hanya menciptakan empat profesi atau Catur Varna, padahal kita melihat dewasa ini banyak sekali jenis profesi yang berkembang. Dapatkah semua jenis profesi itu dikelompokkan menjadi empat kelompok profesi. Hal inilah yang perlu kita berikan pembahasan sehingga Catur Varna itu menjadi lebih jelas peranannya dalam pembangunan masyarakat dan manusia “ananda atau bahagia”, Catur Varna itu adalah empat profesi yang diciptakan oleh Tuhan. Dari teori ini dapat ditarik kesimpulan bahwa yang kekal abadi adalah tuhan dan semua ciptaanya dapat berubah-ubah/mengalami penyempurnaan-penyempurnaan sesuai denagn tuntunan zaman.
            Menurut pemikiran Hindu Dharma, zaman itu akan berubah-ubah, setiap perubahan membawa cirri-ciri tertentu. Di dalam kitab purana dijelaskan bahwa satu hari “Brahman” dibagi menjadi empat zaman yaitu : Kertayuga,Tretayuga,Dwaparayuga dan Kaliyuga.ciri-ciri tiap-tiap zaman ini dijelaskan dalam kitab Manawa Dharmasastra I, 85 dan 86 sbb :
85  “suatu macam tertentu dari kewajiban-kewajiban yang ditentukan bagi  manusia di zaman Kertha, adalah berbeda dengan zaman Treta, berbeda pula dengan zaman Dwapara dan demikian pula pada zaman kali, sesuai dengan panjangnya masa yang semakin berkurang”
86 “Pada zaman Kertayuga yang menjadi puncak dai kewajiban adalah dikatakan pelaksanaan tapa brata semadhi, dalam zaman Treta pengetahuan suci, pada zaman Dwepara adalah Upacara yadnya, pada zaman Kali yang paling utama adalah dana atau pemberian artha benda”
         Pada sloka 81 s.d 83 dalam kitab Manawa Dharmasastra I, dijelaskan dengan gambang  cirri-ciri setiap zaman pada zaman Krta dikatakan Dharma berkaki empat manusia dengan sempurna tanpa cacat mendapatkkan kebajikan tidak ada kecurangan, tidk ada kejahatan, sedang pada zaman berikutnya dharma sudah mulai digerogoti secara bertahap sampai pada zaman kali, dimana kejahatan dan kebohongn merajarela. Pada zaman kertha Manusia bebas dari berbagai penyakit sehingga dapat berumur empat ratus tahun, setiap zaman umur manusia semakin berkurang. Perbedaan setiap zaman inilah yang menyebabkan perbedaan penekanan profesi atau varna yang dibutuhkan. Pada zaman Krtayuga manusia berumur panjang dan penuh dengan kebajikan, maka yang paling utama adalah melakukan semadhi, tapa dan Bratha. Pada zaman ini profesi atau varna Brahmalah yang paling dibutuhkan, karena varna Brahmana yang paling dibutuhkan maka wajarlah, secara sosiologis varna Brahmana yang paling dianggap paling utama. Pada zaman Kertha kesucianlah yang dinggap paling penting. Pada zaman Tretayuga, di zaman Yajnyalah yang dianggap paling penting. Pada zaman ini orang memuja-muja kemampuan. Zaman Tretayuga profesi yang Ksatrialah yang paling menonjol , karena itu Ksatria yang dianggap yang paling utama. Pada zaman Dwaparayuga , yadnya dianggap paling utama. Upacara yadnya yang besar , akan menghabiskan dana yang besar, karena itu Waisya warnalah yang dianggap paling utama. Pada zman Kaliyuga  yang dianggap paling utama ialah suatu pemberian dengan artha benda. Sumber artha benda adalah varna waisya dan sudralah yang dianggap paling menonjol dan utama. Kedudukan utama  pada masing-masing varna yang didapatkan pada setiap zaman hanyalah merupakan pandangan sosiologis saja. Kalau ditinjau secara filosofis semua varna adalah penting pada setiap zaman dan pada setiap orang.
         Menurut Prof.Dr.I.B Mantra, Catur Varna secara filosofis ada pada setiap orang. Dalam bercita-cita hendaknya seseorang itu menjadikan dirinya seorang brahmana, dalam mengembangkan cita-citanya seseorang hendaknya menjadi seorang Ksatria. Dalam hal memelihara kemakmurannya hendaknya ia menjadi Waisya, melayani semunya itu hendalnya ia menjadi seorang sudra. Keempat warna atau profesi itu undsur-unsur dasarnya ada pada diri setiap orang. Idealnya keempat profesi itu dapat ditumbuhkan secara seimbang dan profosional. Pertumbuhan unsure-unsur Varna atau profesi dalam diri setiap orang tidaklah terlalu sama. Ada pada diri seseorang yang lebih kua pengaruh danpertumbuhannya bakat kerohanian, orang ini akan menjadi seorang Brahmana. Ada yang lebih dominan pertumbuhan bakatnya  dalam kepemimpinan, orang ini akan menjadi Ksatria Varna, demikian pula yang lebih dominan pertumbuhan bakatnya dalam bidang ekonomi, orang inipun akan menjadi seorang Waisya Varna. Sedangkan mereka yang hanya mampu menumbuhkan tenaga fisiknya, diapun akan menjadi Sudra varna.
         Pembangunan bertujuan membangun manusia seutuhnya dan seluruhnya,seutuhnya dimaksudkan membangunkan dalam segala totalitasnya. Membangun manusia seluruhnya dalam pengertian tidak ada satupun manusia yang ditinggalkan dalam pembangunan. Konsep pembangunan modern dewasa ini sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan konsep pembangunan kualitas manusia menurut pandangan Hindu Dharma yang telah dikemukakan.
         Pembangunan non fisik dari manuia dapat dilaksanakan oleh Varna Brahmana. Pembangunan fisik material dilaksanakan oleh Varna Vasya. Penataan semua aspek pembangunan atau management pembangunan dapat dilaksanakan oleh Varna Ksatria. Pelayanan tenaga fisik pada semua aspek pembangunan dapat dilaksanakan oleh Varna Sudra. Semua profesi pada dasarnya dapat dibagi menjadi empat profesi yang penekanannya pada pembangunan spiritual atau non fisik lainnya dapat digolongkan Brahmana Varna. Setiap profesi yang penekanannya pada kesejahteraan fisik material dapat digolongkan  pada Vasya Varna. Sedangkam profesi yang bertujuan untuk menata atau menekankan pada “managerial skill” dapat digolongkan  pada Ksatria Varna. Profesi yang menekankan padaa pelayanan tenaga fisik dapat digolongkan pada Sudra Varna.
         Catur Varna pada dasarnya landasan filosofis untuk mengembangkan profesionalisme dalam rangka mendpatkan peranan dan fungsi dalam pembangunan manusia dan masyarakat. Dalam konsep Brahmana menjad berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Fungsi Brahmana Varna menjaga dan mempelajari Veda dapat dilihat aktualisasinya menjadi penyucian diri dan menyucikan orang lain. Belajar  dan mengajar denag tulus  ikhlas demikian bentuk nyata dari pengalaman Varna Brahmana. Mengatur pemerintahan, menata masyarakat , melayani masyarakat adalah bentuk pengalaman Varna Ksatria. Bergerak dalam bidang distribusi dan produk barang-barang ekonomi untuk memenuhi kebutuhan konsumen adalah wujud dari pengalaman profesi atau varna Vaisya. Membantu denagn tenaga fisik adalah pengalaman dari varna Sudra. Seluruh profesi  yang ada pada zaman moden sekarang ini dapat  diklasifikasikan menjadi empat varna atau empat profesi. Keempat varna atau profesi itu akan dapat saling isi mengisi antara satu dengan yang lainnya. Pengelompokkan masyarakat ke dalam empat varna itu akan dapat menumbuhkan hubungan social yang sangat membutuhkan. Keretakan diantara profesi itu akan dapat merugikan semua pihak.
         Demikianlah ajaran Catur Varna, adalah landasan filosofis untuk menumbuhkan profosionalisme yang semakin dibutuhkan dalam kehidupan di zaman modern dewasa ini. Kalau Catur Varna dipahami secara benar dan tepat maka ajaran Catur Varna akan selalu sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam ajaran Catur Varna terdapat nilai-nilai yang hidup yang bersifat universal. Selama hidup manusia di dunia ini selalu membutuhkan empat profesi atau emapt varna ini, sepanjang zaman manusia selalu membutuhkan pendididkan kerohanian, pengayoman,pemerintahan ataumanusia hidup di dunia ini membutuhkan pemimpin, sepanjang zaman manusia membutuhkan material dan sepanjang zaman manusia membutuhkan pelayanan tenaga fisik dari pihak lain. Ketepatan pengalaman ajaran Catur Varna tidak akan memberikan peluang benturan profesi dan fungsi dalam kehidupan bersama.













Bab III
Penutup
3.1           Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penjelasan yang dipaparkan diatas : bawasannya Agama sebagai pengetahuan kerohanian yang menyangkut soal-soal rohani yang bersifat gaib dan methafisika secara etimologinya  berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari kata  “A” dan “Gam”,”A” berarti tidak sedangkan “Gam” berarti pergi atau bergerak. Jadi kata agama berarti sesuatu yang tidak pergi atau bergerak dan bersifat langgeng. Menurut Hindu yang dimaksudkan memiliki sifat langgeng hanyalah Hyang Widhi Wasa. Demikian pula ajaran-ajaran yang diwahyukan-Nya adalah kebenaaran yang berlaku selalu, dimana saja dan kapan saja. Kata “ Manusia” berasal dari bahasa sansekerta dari kata “Manu” artinya “bijaksana dalam bentuk “genetif” menjadi “ manusia” artinya “memiliki kebijaksanaan. Kata “Manu” artinya sama dengan kata “mana” dalam bahasa sansekertanya yang juga berarti pikiran. Karena memiliki pikiran inilah manusia dikatakan lebih sempurna dari pada makhluk hidup lainnya. Karena pikiran inilah manusia dapat melakukan perbuatan baik dan buruk. Tidak seperti binatang hanya mampu berbuat berdasarkan insting belaka. Manusia sebagai makhluk individu.Sebagai makhluk individu manusia dapat dilihat memiliki banyak unsure ajaran Samkhya Darsana yang dibangun oleh Rsi Kapila mengajarkan manusia ini berasal dari dua unsur yaitu Purusa dan Prakerti yaitu unsure kejiwaan dan kebendaan. Anna Maya : Lapisan tubuh yang berasal dari makanan, dari pembentukan lapisan tubuh yang paling nyata inilah pembangunan kualitas manusia harus dimulai. Prana Maya : lapisan tubuh yang lebih halus dari pada tubuh yang berasal dari sari-sari makanan pula adalah tenaga berasal juga dari makanan. Wijnana maya : dalam bahasa sansekerta Wijnana artinya : cakap atau ilmu pengetahuan. Kata Wijnana berasal dari kata  Wijna artinya terpelajar. Catur Varna itu menjadi lebih jelas peranannya dalam pembangunan masyarakat dan manusia “ananda atau bahagia”, Catur Varna itu adalah empat profesi yang diciptakan oleh Tuhan. Dari teori ini dapat ditarik kesimpulan bahwa yang kekal abadi adalah tuhan dan semua ciptaanya dapat berubah-ubah/mengalami penyempurnaan-penyempurnaan sesuai denagn tuntunan zaman.




Daftar Isi
Kata pengantar  ………………………………………..................................i
Daftar isi ……..…………………………………………..............................ii
Bab I Pendahuluan
1.1  Latar Belakang......................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3  Tujuan.......................................................................................................2
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Agama Hindu………………………….................................3
2.2 Pembangunan Kualitas Manusia dalam Konsep Agama Hindu..............3
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan.............................................................................................12
Daftar Pustaka





 





2 komentar: