Pada umumnya nama suatu Desa,Banjar,Subak dan tempat-tempat
lainnya mempunyai latar belakang sejarah tersendiri.Ada beberapa alternative
yang dipakai dalam pemberian nama tersebut antara lain :
- Keadaan alam
- Mata Pencahaian
- Daerah,Desa,Banjar,atau
Dusun asal mereka
- Nama-nama orang
yang dianggap berjasa dalam mennentukan daerah tersebut
Desa,banjar yang tergolong kuno sebagian besar
lagi diantaranya hanya di ketahui melalui cerita-cerita rakyat yang turun
menurun (legenda) dari leluhur mereka,dan sebagian lagi memang terbukti secara
tertulis dalam babad pemancangan,prasasti dan lain-lain. Untuk yang bersifat
legenda sering kali menimbulkan banyak versi dalam pengungkapan masalah dalam
pengungkapan sejarah dari daerah tersebut.
Sama halnya dengan Desa Kubutambahan,sumber
sejarah belum dapat diungkapkan karena suatu hal sangat pinsip warga Desa
Kubutambahan tidak berani untuk membaca maupun membaca menyalin prasasti
tesebut .Dan juga karena prasasti tersebut hanya dapat diambil jika telah
mendapat ijin ( wahyu ) dari tempat penyimpanan (wahyu) dari tempat
penyimpannannya tidak menentu oleh Ida Sanghyang Widhi Wasa.Untuk itu pada
kesempatan ini kami memaparkan hasil cerita dan piteket para leluhur warga Desa
Kubutambahan yang antara lain sebagai berikut :
Bahwa dahulu kala letak Desa Kubutambahan berada
di sebelah timur dari letaknya yang sekarang dan berada di pinggir pantai dan
bernama desa (Kerajaan) Besi Majajar,yang pusat pemerintahannya disekitar Pura
Pulo Kerta Negara Loka sekarang, di daerah pantai yang bernama Kutabanding yang
kini di huni oleh para karma pura tersebut ada yang bernama Ratu Gede Subandar
(mungkin berasal dari Syah Bandar ) dan Ida Batara Solo.
Adapun penguasaannya pada waktu itu bergelar Ida
Ratu Hyang Ing Hyang ( yang berate Raja) dan kuno mempunyai wilayah sebanyak 18
bale agung dari sebelah timur yaitu Desa Tianyar dan sebelah barat Desa Desa
Pemuteran,ini terbukti pada waktu jaman sebelum kemerdekaan,Ida Batara Hyang
Ing Hyang jika mepeningan sampai pelabuhan aji dan Desa Kubutambahan bernama
sama dengan salah satu Pura di Desa Patemon yaitu Pura Ratu Gede Patih dimana
pada waktu itu pura tersebut menyelengarakan Upacara besar masih mengadakan
Upacara tata karma adat yaitu Kuntab (hadir).
Nama Besi
Mejajar untuk Desa Kubutambahan konon beberapa Pura yang ada di Desa
Kubutambahan dan beberapa Pura yang ada di Kubutambahan (terbukti sampai
saat ini) terletak berjejer sepanjang pantai Desa Kubutambahan dan
beberapa pura yang mengitari Desa kubutambahan searah delapan penjuru mata
angin,dari deretan Pura-pura tersebut merupakan suatu jajaran yang persis
benteng yang juga merupakan penjagaan dari musuh-musuh pada waktu dari sebrang
lautan.Pada suatu ketika Pemerintahan Desa Besi Mejajar diserang oleh perusuh
dengan jumblah yang cukup banyak dari sebrang lautan yang juga bertepatan
dengan banjir (air bah) pada pada sebelah timur pusat pemerintahan yaitu di
daerah Yeh Buah yang sekarang yang sekarang berasal dari kata Yeh Wah (banjir).
Untuk menyelamatkan pucuk pimpinan (raja) maka
atas kesepakatan pusat pemerintahan di pindahkan keselatan,karena tempat pusat
kerajaan amat mudah di serang oleh para musuh-musuh dari sebrang dan juga
tempat tersebut merupakan tempat muara pangkung pembuangan air yang sangat
besar dari atas Desa Bila ,Bengkala,dan Tamblang.
Semua pemerintahan itu bernama bernama Desa
Bulian yang berarti abulih (satu).Kejadian-Kejadian pada saat pemindahan pusat
kerajaan dalam keadaan darurat dan masih sampai sekarang tetap ada.Apabila
warga Desa Bulian yang tembus ke Yeh Buah sebelah barat Pura Penyusuhan yang
berasal dari kata banyu suan (pembersihan,petirtaan dan sampai sekarang warga
dea Kubutambahan mepeningan ngiring Ida Bhatara ke pura penyusuhan tersebut )
Pada suatu ketika keadaan sudah mulai pulih kembali dari segala ancaman,maka
datanglah lagi ancaman lain yaitu ancaman dari seorang yang bewujud Raksasa
yang sangat besar mengangu penduduk Desa Majajar semua kekuatan dan cara lain
telah dikerahkan untuk melawan raksasa tersebut .
Pada suatu ketika pada saat keadan semakin
genting datanglah utusan dari kerajaan Gelgel Kelungkung yang hendak mencari
daerah pertanian baru di daerah Den Bukit.Adapun nama utusan tersebut benama Ki
Gusti Tambahan bersedia membantu yang sangat gawat tersebut Ki Gusti Tambahan
bersedia membantu melenyapkan raksasa tersebut dengan syarat jika berhasil
diberikan tanah untuk dibuka untuk tanah pertanian.Setelah persyratan tersebut
disepakati maka pemuka-pemuka pemerintahan yaitu Ki Pasek Menyali,Ki Pasek
Bebetin dan Ki Pasek Bayan,maka Ki Gusti Ngurah Tambahan memohon doa restu dan
petunjuk dari Ki Dukuh Bulian dan di beri keris yang bernama KI Baan Kawu oleh
Ki Gusti Ngurah Tambahan berhasil membinasakan raksasa tersebut tetapi dengan
diiringi pesan oleh raksasa tersebut,yang juga disangupi oleh Ki Gusti Ngurah
Tambahan yang berhasil hal-hal sebagai berikut :
1.
Bahwa ia dapat binasa jika di bunuh dengan keris Ki Baan KAwu oleh
Ki Gusti Tambahan
2. Agar setelah raksasa tersebut mati agar sanggup Ki Gusti Ngurah
Tambahan menjaga dua buah keris yang bernama Ki Baru Sembah dan Ki Baru
Ular yang bermanfaat sebagai penolak bala
3. Agar I Gusti Ngurah Tambahan sanggup menjadi penguasa di sebelah
utara Desa Bulian ,dan tidak kembali ke gelgel,karena karena hal ini sudah
menjadi hak dari Ki Gusti Ngurah Tambahan menetap di sini.
Setelah semua pesan itu di sanggupi oleh Ki
Gusti Ngurah Tambahan maka matilah raksasa tersebut. Dan pucak pimpinan di
Bulian beserta para kerabatnya yaitu Ki Pasek Menyali,Ki Pasek Bebetin,KI Pasek
Bayan sepakat untuk memberikan tanah untuk di buka oleh Ki Gusti Ngurah
Tambahan yaitu :
1.
Daerah Tukad aya (daya) sampai pinggir timur Desa Sangsit
2.
Daerah alas Agung (alas arum) Bungkulan dan sekitarnya
Maka Ki Gusti Ngurah Tambahan beserta
pengikutnya membuat pondok (kubu) untuk tempat istiraat dan menyimpan alat-alat
yang dipakai oleh oleh para pengikutnya untuk membuka lahan tersebut,dan tempat
tersebut dinamakan Kubu Ki Gusti Ngurah Tambahan,yang lama-kelamaan dengan
adanya kemajuan jaman maka di ubah menjadi Kubutambahan sampai saat ini.