I lmu Pengetahuan, Guru & Murid
Oleh
: Nyoman Wistara
Dept.
of Forestry, University Of Wisconsin Madison, USA
A
|
yat
–ayat Suci dalam kitab suci,cerita-cerita keagamaan ataupun cerita rakyat
biasanya mengandung suatu ayat suci tidak diragukan lagi adalah suatu pegangan
hidup bagi penganutnya, dalam Agama Hindu, Veda nampaknya tidak hanya
mengandung ajaran yang berhubungan dengan keTuhanan dan etika kehidupan, tetapi
juga mengandung suatu makna ilmu pengetahuan duniawi. Sebagai contoh, bagaimana
angkaa nol (0) ditemukan oleh orang India. Konon angka nol tersebut
ditejemahkan dari konsep Beahman (Tuhan) yang kalau dibagi atau dikali
berapapun tetaplah nol. Artinya Tuhan tetap tidak berubah meskipun terbagi-bagi
dalam setiap keberadaan di alam semesta ini. Tanpa angka nol dan satu, maka
kemajuan teknologi computer saat ini tentu tidak pernah kita jumpai.
Hindu
mempunyai Srimad Bhagavatam, Islam (Negara-negara Arab) mempunyai Kisah 1001
malam dan agama-Agama lain tentu mempunyai cerita-cerita klasik mereka.
Cerita-cerita keagamaan yang kita meliki, akan bermanfaat sebagaimana makna
yang terkandung didalamnya bila kita mempunyai kemampuan dan kemauan untuk menggali makna tersebut. Sebagai staf
pengajar di sebuah perguruan tinggi (IPB-Bogor), penulis sangat tertarik dengan
cerita berikut. Cerita ini bersumber dari sebuah ayat di dalam Srimad
Ghagavatam.
Di
Zaman dahulu kala, konon ada seorang raja yang sangat prihatin melihat
kekeringan melanda negerinya (bumi). Tidak ada setetes airpun yang turun dari
langit. Sang Raja berfikir bahwa bila kekeringan itu berlangsung terus, maka
hancurlah bumi ini. Akhirnya beliau bertapa memohon kemurahan Dewi ganga untuk
berkenann menurunkan airnya ke bumi. Kuatnya tapa beliau menyebabkan Dewa
gangga berkenan menurunkan air ke bumi. Namun
Gangga mengalami kesulitan untuk mengendalikan curahan air yang melimpah
ruah itu. Bila air tersebut langsung dicurahkan dari surge, maka derasnya
aliran air akan menghancurkan bumi. Dewa Gangga memerintahkan Sang Raja untuk memohon bantuan kehadapan Hyang Shiva.
Melihat ketulusan hati Sang Raja , maka shiva berkenan menyalurkan airnya Gangga
melalui Rambut Shiva yang panjang,lebat dan ikal itu. Rambut shiva menyerap air
yang dicurahkan gamgga, kemudian melalui rambut tersebut,tetes demi tetes air
itu mengalir ke bumi. Maka kembalilah bumi menjadi subur dan makmur. Tanaman
mulai tumbuh dan menghijau. Rakyatpun selamat dari kelaparan.
Dari
cerita sederhana tersebut, kita bisa melihat fungsi dari masing-masing pelaku.
Bila kita umpamakan bahwa air (Dewi Gangga) adalah ilmu pengetahuan, maka Shiva
adalah guru, dan bumi adalah murid. Ilmu pengetahuan disini menyangkut semua
jenis pengetahuan (duniawi maupun ketuhanan).Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu
yang mutlak harus dimiliki setiap manusia.
Tanpa
ilmu pengetahuan , maka manusia adalah kehancuran itu sendiri. Pentingya ilmu
pengetahuan dengan jelas disebutkan dalam BhagavadGita,yang antara lain
menyebutkan bahwa lautan dosa bisa diseberangi dengan ilmu pengetahuan. Manusia
ibarat segumpulan tanah, bila tidak mengandung cukup air, maka tanah tersebut
akan tercerai berai menjadi debu. Namun bila diberikan air melebihi kapasitas
tampungnya, maka tanah tersebut akan hancur (terlarut) juga.Jadi pengetahuan
yang perlu dimiliki masing-masing individu manusiapun harus sesuai dengan daya
tamping (kapasitas) individu yang bersangkutan.
Agama
Hindu mengajarkan bahwa dalam mempelajari ilmu pengetahuan, maka keberadaan
seorang guru adalah suatu kemutlakan.ini
adalah suatu konsep pemikiran yang kebenarannya tidak dapat dibantah. Seorang
murid tidaklah mengkin mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara langsung tanpa
perantara seorang guru. Karena buku ttersebut tentu ditulis oleh seorang yang tahu akan ilmu pengetahuan
yang bersangkutan. Falam hal ini, si penulis dapat dikategorikan sebagai guru
tidak langsung dari murid itu. Bila seorang murid belajar tanpa bimbingan
seorang guru, maka kesulitan pertama si murid adalah tidak tahu dari mana
memulainya, dengan demikian akan membingungkan dan mungkin bisa menghancurkan
murid yang bersangkutan. Seorang murid harus menerima ilmu pengetahuan secara
bertahap. Tidaklah mungkin untuk memberikan pelajaran kalkulus kepada seorang
anak sekolah dasar, tanpa terlebih dahulu memberikan konsep matematika
sederhana kepada mereka.
Ibarat
Shiva,yang harus menyerap air Gangga terlebih dahulu sebelum meneteskannya ke
bumi,maka seorang guru wajib mencurahkan hidupnya untuk belajar sebelum
mengajar. Tanpa setetes air di dalam rambut Shiva , apakah yang bisa diteteskan
ke bumi? Tanpa ilmu pengetahuan yang
baik, bagaimanakah seorang guru mampu menjadi pengajar dan pendidik yang baik?
Untuk itulah betapa pentingnya bagi seorang yang berkecimpung di dalam dunia
pendidikan untuk berusaha menuntut imu setingi mungkin. Sayangnya banyak guru,
bahkan ditingkat perguruan tinggi tidak berusaha mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan di bidangnya. Tidak jarang pula kita mendengar seorang mahasiswa
mengeluh tentang keakuan dosennya. Sering kita mendengar seorang mahasiswa yang
relative lebih pintar dari teman sekelasnnya mendapat nilai buruk karena
mempunyai hubungan tidak harmonis dengan dosennya.
Seorang
guru hendaknya berusaha mengetahui kemampuan muridnya untuk menerima ilmu
pengetahuan yang diajarkannya. Kemampuan murid dalam hal ini berhubungan dengan
kecepatan penerimaan (untuk mengerti) dan seberapa jauh suatu ilmu dapat
diterima oleh si murid. Kesabaran yang tinggi dalam mengajar merupakan yang
sangat penting dalam mentransfer pengetahuan. Kesabaran seorang guru erat
hubungannya dengan kecepatan murid untuk mengerti. Cerita ari Srimad Bhagavatam
di atas merupakan analogi yang sangat baik betapa pentingya kesabaran itu.
Dimana Shuva dengansabara menurukan air tetes demi tetes ke bumi yang
kekeringan.
Dari cerita sederhana
tersebut jelas terlihat bahwa betapa pentingya cara penurunan pengetahuan,
individu yang terlibat dalam pendidikan, dan tentu fungsi dari ilmu pengetahuan
itu untuk kesejahteraan umat manusia dan lingkungannya.
(warta
hindu dharma no.330, hal 27-29)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar